BERPERANG MELAWAN RAYAP PERUSAK DENGAN HEXAFLUMURON

Jakarta - Ada sekitar 200 jenis rayap tanah di Indonesia, lima persen di antaranya menjadi musuh manusia. Kerugian yang ditimbulkannya tak sedikit. Para pakar ramai-ramai mencari cara untuk melumpuhkannya.

Guru Besar Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) Prof. Dr. Dodi Nandika kemudian melakukan penelitian guna mencari cara membasmi sang rayap perusak. Dia menyebut, di daerah tropis terutama di Indonesia, rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren merupakan salah satu serangga yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada kayu dan bangunan kayu.

“Kerugian ekonomis akibat serangan rayap tanah dan rayap kayu kering di Indonesia pada tahun 1995 adalah Rp 1,67 triliun bahkan bisa meningkat hingga Rp. 2,8 triliun. Kerugian ini cenderung meningkat karena ketersediaan jenis-jenis kayu yang awet makin langka,” ujarnya dalam rilis kepada detikcom, Minggu (15/3/2015).

Dalam jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan edisi Desember 2012, Prof. Dodi Nandika dan Novianti S. Wahyuni meneliti keampuhan umpan berbahan aktif Hexaflumuron terhadap rayap tanah. Dari hasil riset tersebut Prof. Dodi menyimpulkan bahwa umpan berbahan aktif Hexaflurumon mampu menghilangkan koloni rayap tanah C. Curvignathus selama empat minggu.

Bahan kimia ini mempunyai daya racun rendah terhadap mamalia, beraroma tidak menyengat, bereaksi secara lambat dan tidak menyebabkan iritasi yang berat sehingga serangga tidak menolaknya.

“Setelah memakan umpan Hexaflumuron selama tiga minggu, rayap menunjukkan gejala kematian. Hexaflumuron menghambat pembentukan khitin rayap pada saat rayap berganti kulit, sehingga kutikula rayap tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Akibat selanjutnya adalah integumen rayap tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung tubuh dan rayap mengalami dehidrasi, " ujarnya.

Lebih lanjut Dodi menambahkan, bahan hexaflumuron tidak dijual dalam bentuk murni, namun formulasinya sudah ada bentuk dalam campuran. Misalnya di jasa fogging dan lainnya. Namun, hexaflumuron yang ditawarkan oleh perusahaan jasa itu umumnya berbentuk tissue yang bisa dipasang melalui penanaman dalam tanah (in ground) dan di dinding (above ground). Bentuknya tissue digulung dengan dikemas dalam plastik berwarna.Terkini, Dodi bersama rekannya menemukan cara pembasmi rayap tanah yang mengganggu pemilik kebun sawit. Serupa dengan Hexaflumuron dalam bentuk tissue yang ditujukan untuk bangunan rumah dan perkantoran, pria kelahiran Rengkasbitung, Banten ini mengubah bentuknya jadi pelet.

"Kami teliti selama hampir 2 tahun dan akan dijual pada kebun kelapa sawit karena banyak yang kena seperti di Riau dan lainnya. Bentuknya bukan tissue tapi pelet yang ukurannya empat kali lebih besar dari pelet ikan," terangnya.

"Sedang dirancang pelet itu ditaruh dalam plastik seperti beli kerupuk tapi ada 12 lobang di sisi A dan B serta pakai perekat di bagian ujungnya, sehingga nempel ke batang sawit. Nah, nantinya rayap masuk dan makan pelet itu lalu mati karena dehidrasi keluar dari kulitnya," jelas pria yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional di The International Research Group on Wood Preservation (IRG).

Saat ini pihaknya tengah menunggu perizinan dari kementerian untuk dapat memproduksi penemuannya secara massal. "Kemungkinan kalau untuk sawit (pelet berzat Hexaflumuron) boleh pasang sendiri karena lahan kelapa sawit di Indonesia luas sekali," tutup Dodi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKENALAN KAMI

FUMIGASI PERAWATAN : PRODUK KACANG-KACANGAN, ARSIP, RUANGAN, KASUR, DAN MOBIL